Celoteh Guru Garis Depan

Nama saya Mudzrika Fariana, S.Pd, Gr., saya biasa memperkenalkan diri dengan sapaan Rika, tapi teman-teman saya lebih sering memanggil saya dengan panggilan Mudz, lebih enak kedengarannya lebih sederhana, tak terlalu pasaran dan lebih akrab menurut mereka. Tak masalah buat saya, yang penting baik mereka ataupun saya nyaman dengan panggilan itu. Terlahir sebagai seorang perempuan, dengan tempat lahir di Rembang tanggal 19 September 1988. Saya belum menikah dan saya beragama Islam. Dari kecil saya hobi membaca, baca apa saja yang menarik buat saya, seperti cerita, komik, novel, kisah-kisah inspiratif, tentang budaya dan objek wisata, sampai hal-hal tentang perkebunan, pertanian, kerajinan tangan, dll. Selain membaca, saya juga hobi traveling, mengunjungi objek wisata dimanapun saya berada. Saya berasal dari desa Tanjungsari, RT 05/ RW 02 Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Sejak bertugas menjadi GGD, untuk sementara saya mengontrak sebuah rumah yang terletak Gampong Pawoh, Kecamatan Labuhanhaji, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. 


Sejak tahun 1992 saya sudah disekolahkan oleh orang tua saya di TK Al-Burhan yang terletak di kampung saya tinggal, dan untuk pertama kalinya saya belajar bersama banyak teman. Seperti kebiasaan anak-anak umur 4 tahun, di sana saya di ajarkan menggambar, bermain, bernyanyi, mengenal angka dan huruf. Setelah 2 tahun, saya bersekolah di SD N Tanjungsari 1 tidak jauh dari letak TK saya bersekolah sebelumnya. Saya masuk SD tahun1994 dan lulus tahun 2000. Setelah lulus dari SD tahun 2000, saya melanjutkan sekolah saya di SLTP N 1 Rembang. Letak SLTP saya ini berjarak 2 km dari kampung saya tinggal waktu itu. Saya lulus SLTP pada tahun 2003, kemudian saya melanjutkan studi saya di SMA N 1 Rembang selama 3 tahun, dan lulus SMA tahun 2006. Setelah lulus SMA, saya langsung melanjutkan studi saya di Semarang. Saya kuliah di Universitas Negeri Semarang (Unnes), prodi pendidikan matematika, jurusan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Ini pertama kalinya saya sekolah jauh dari orang tua. Saya menyelesaikan kuliah saya dan berhasil menyandang gelar sarjana pada tahun 2010 dengan IPK 3.58.
Setelah wisuda S-1 pada tahun 2010 bulan Oktober, saya kembali ke kampung halaman saya di Rembang. Pada waktu itu saya mulai menyebar lamaran pekerjaan ke beberapa sekolah. Tapi hasilnya nihil, pada saat itu susah sekali menjadi guru honor, alasannya karena pemerintah Kabupaten Rembang tidak memperbolehkan menerima guru honor, dan pada saat itu belum ada lowongan guru matematika di beberapa sekolah yang saya kunjungi. Tapi Alhamdulillah, bulan November 2010 meski belum dapat tempat mengajar, saya dimintai tolong oleh guru Matematika di SMP N 2 Rembang untuk membantu beliau mengajar ekstrakulikuler sore hari di sekolah tersebut. Ekstrakulikuler tersebut mereka namakan “Sanggar Matematika”, ekstra ini diadakan untuk memberi bekal dan bimbingan siswa SMP N 2 Rembang dalam mempersiapkan diri mengikuti lomba Olimpiade Matematika tiap tahunnya. Saya bekerja di Sanggar Matematika sampai saya di terima SM3T tahun 2011. Bulan Desember tahun 2010 sebuah lembaga bimbingan belajar “Dewantara” menawari saya untuk menjadi tentor di bimbel tersebut, maka dari itu saya mulai memasukkan lamaran saya dan mulai ikut tes seleksi tertulis dan wawancara, Alhamdulillah setelah beberapa hari melakukan wawancara akhirnya saya diminta secara resmi menjadi tentor di bimbel tersebut. Bulan Januari 2011 saya diminta membantu siswa di SMP N 4 Rembang untuk mempersiapkan ujian sekolah dan ujian Nasional. Sesuai dengan tugas yang di berikan, saya bekerja di SMP N 4 Rembang selama 4 bulan. Pada tahun 2011 saya memutuskan ikut program SM3T dan saya pada saat itu di tempatkan di SDK Landokura, Kecamatan Ndona Timur, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tahun 2013-2014 saya ikut PPG SM3T prodi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang. Setelah lulus program PPG SM3T, tahun 2014 saya bekerja sebagai guru di SMA N 1 Rembang. Saya berhenti menjadi guru di SMA N 1 Rembang tahun 2015, karena saat itu saya lolos CPNS GGD. Setelah itu, saya ditugaskan di SMA N 1 Labuhanhaji Timur, Kecamatan Labuhanhaji Timur, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh sampai sekarang. 


Ketika masih SD dulu, guru saya pernah bertanya ke setiap siswanya tentang cita-cita mereka. Saat itu saya menjawab saya ingin jadi guru, entahlah mungkin saat itu saya ingin menjadi seperti ayah saya, yang juga seorang guru di SD. Bagi saya guru itu seorang yang hebat, sebuah pekerjaan mulia yang mendidik setiap orang untuk bisa meraih mimpinya dan menjadi orang yang sukses. Setelah SMA saya mulai ragu dengan cita-cita saya, bagi saya guru itu pekerjaan yang sungguh berat, banyak keraguan saat itu apalagi saya memang tipe orang yang hanya berbicara hal-hal yang penting. Saya lebih suka menulis daripada harus bicara di depan umum. Bagaimana bisa, saya menjadi guru yang harus menmginspirasi setiap siswa didik saya nanti, kalau saya tidak pintar berbicara. Pikiran yang dangkal memang, karena saya belum melakukan semua yang saya bisa kerjakan tapi sudah mulai putus asa dengan yang saya inginkan. Selain itu, bagi saya, guru mempunyai tanggung jawab yang besar. Karena itu saya mulai beralih cita-cita saya untuk menjadi guru, saya sempat berkeinginan untuk masuk kuliah di ilmu desain grafis, karena saya suka dengan komputer dan mendesain sesuatu. Cuma saat itu kakak saya pernah bilang jangan pilih komputer, alasnnya karena ilmu komputer dapat dipelajari secara otodidak dan setiap tahun selalu berkembang. Beranjak kelas 3 SMA, saya mulai kebingungan untuk memutuskan kuliah di jurusan apa yang harus saya ambil. Ibu saya selalu memberi dorongan agar saya tetap melanjutkan mimpi saya sebagai guru karena ibu juga ingin anaknya menjadi guru seperti ayahnya. Akhirnya saya memutuskan untuk tetap menjadi guru. Setelah GGD pun saya tetap bangga menjadi seorang guru.


Saya mengetahui program GGD dari facebook dan komunikasi di grup wa alumni PPG SM3T Matematika Unnes. Sebenarnya saya tidak terlalu antusias dengan program GGD, alasannya karena penempatannya di luar Pulau Jawa semua. Bagi saya, harus siap mental dan pikiran untuk ikut program GGD ini. Bagaimana tidak, saya harus jauh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya tidak hanya untuk waktu yang singkat 1-2 tahun tapi entah berapa tahun saya harus berusaha hidup merantau di daerah orang. Saat itu saya tertarik ikut program GGD karena banyak teman saya yang antusias untuk mendaftar program GGD, selain itu saya hanya ingin mencoba tes seleksi GGD karena menurut saya peluang CPNS GGD itu lumayan cukup tinggi dibandingkan saya harus mencoba mendaftar tes CPNS di daerah-daerah yang perbandingan lulusnya satu banding ribuan orang yang mendaftar. Belum lagi karena saya pernah kecewa karena tes seleksi CPNS di daerah sebelum-sebelumnya selalu ada kecurangan di dalamnya. Karena itu saya lebih memilih untuk tes seleksi program GGD alasannya karena syarat khusus mengikuti program ini adalah kita sudah memiliki sertifikat pendidik prajabatan lewat jalur SM3T. Dan program ini diadakan langsung oleh Pusat jadi menurut saya tidak ada kecurangan dalam proses seleksinya.


Dari sejak awal saya mendaftar program GGD, belum pernah berfikir ikut program ini karena gaji yang cukup tinggi. Sebab saya tahu gaji pokok seorang guru dimanapun sama. Saya bahkan tidak tahu ada tunjangan khusus yang akan diberikan untuk GGD sampai saya masuk jadi bagian dari GGD itu sendiri. Sebelum memutuskan untuk mengikuti seleksi program GGD, saya berkonsultasi dan minta restu dari ibu dan kakak saya. Alhamdulillah mereka mendukung dengan keputusan yang saya ambil walaupun mungkin berat bagi ibu saya harus jauh dari putri bungsunya. Ibu saya antusias karena saya bilang mungkin bisa minta pindah setelah beberapa tahun sesuai kontrak perjanjian. Faktor utama saya mendaftar program GGD karena saya ingin jadi PNS. Saya mendaftar program GGD ketika saya masih bekerja sebagai guru di SMA N 1 Rembang.


Tes seleksi progrm GGD dilaksanakan di beberapa LPTK yang telah ditunjuk. Saya ikut tes seleksi program GGD di Universitas Negeri Semarang tempat saya kuliah S-1. Materi yang di teskan saat itu adalah Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelejensi Umum (TIU), dan Tes Kepribadian (TK). Dari ketiga materi tersebut, menurut saya yang paling kesulitan adalah materi TKW. Alasannya materi ini terlalu luas, saya harus banyak belajar dan mengumpulkan berbagai sumber untuk menguasai materi wawasan kebangsaan ini. Syukur Alhamdulillah saat seleksi saya dapat mencapai passing grade score untuk semua jenis materi tes tersebut. Bagi saya bisa lulus passing grade sudah Alhamdulillah. Saya tidak berfikir saya akan lulus program GGD karena saya lihat teman-teman saya yang ikut seleksi di Universitas Negeri Semarang juga banyak yang lulus passing grade. Pada saat itu saya hanya berfikir tujuanku untuk mencoba kemampuan saya dengan ikut program ini. Tidak berfikir lebih akan benar-benar lulus, yang penting saya sudah mencoba dan berusaha. Tapi Alhamdulillah saat pengumuman saya dinyatakan lulus. Dan saat itu juga saya berfikir mungkin sudah jalan rejekiku di Aceh.


Bukan hal yang luar biasa saya pergi ke Jakarta, tercatat sudah 4 kali, saya pergi ke Jakarta, sebelum ikut program GGD. Dua kali ke Jakarta pergi berkunjung ke rumah saudara. Satu kali ke Jakarta untuk tes seleksi masuk STAN dan satu kali lagi, hanya lewat waktu ikut tes seleksi CPNS di Kabupaten Bogor tahun 2010. Saya naik pesawat pertama kali waktu berangkat dan pulang ketika ikut program SM3T yang ditempatkan di kabupaten Ende. Ini hal yang luar biasa menurut saya, tak pernah saya membayangkan dapat terbang dengan pesawat, serta dapat tiket gratis pula.


Hal luar biasa lainnya yang saya dapat setelah ikut GGD adalah pelepasan oleh Presiden Republik Indonesia, Pak Joko Widodo dan dihadiri oleh beberapa pejabat tinggi negara termasuk menterian Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Anies Baswedan di halaman depan Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Bahkan kami GGD diundang secara langsung untuk menghadiri acara “Simposium Guru” yang tidak semua guru bisa hadir dalam acara tersebut. Banyak hal yang berkesan dalam mengikuti program GGD ini salah satunya kata Presiden Joko Widodo: "Inilah yang ingin kita ratakan agar di Jawa, Indonesia Barat, Timur punya kualitas yang rata. Sangat baik semuanya, targetnya ke sana, jangan sampai ada kesenjangan yang sangat lebar" setelah pelepasan GGD. Bahwa kita harus berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik, merata dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dan kita semua. Kesan yang lain yang membekas yaitu beberapa kata dan tulisan dari Bapak Anies Baswedan, “lahir boleh dimana saja, tetapi mimpi harus di langit. Jangan bekerja meraih mimpi tetapi bekerja keras untuk melampaui mimpi”. Guru adalah mimpi bagi saya dan saya tidak ingin menjadi guru yang biasa saja. Beliau adalah tokoh yang inspiratif bagi saya, dengan tutur beliau yang intelektual, menyenangkan dan begitu percaya diri ketika berbicara didepan umum.


Untuk sampai ke tempat saya bertugas yaitu Aceh Selatan, ada rute yang harus ditempuh diperjalanan, pertama dari Bandara Udara Soekarno Hatta, Jakarta melalui jalur udara menuju ke Bandara Udara Kuala Namu, Medan dengan jarak 1.420 km/882 mil. Waktu tempuh penerbangan dari Jakarta-Medan sekitar 2,5 jam. Dari bandara Kuala Namu, Medan ke Tapaktuan, Kabupaten Aceh selatan dapat ditempuh dengan jalur darat menggunakan travel L300 atau mobil avansa, waktu perjalanannya sekitar 12 jam dengan jarak tempuh sekitar 400 km. Dari Tapaktuan kota kabupaten ke Labuhanhaji tempat saya bertugas dapat ditempuh sekitar 1 jam dengan angkutan umum atau sepeda motor dengan jarak tempuk sekitar 45 km.


Jalan disepanjang perjalanan saya dari Medan ke Tapaktuan, Ibukota kabupaten Aceh Selatan berkelok-kelok karena sebagian besar daerah tersebut berbukit. Penduduknya juga tidak sepadat seperti di Pulau Jawa. Kesan pertama sampai di lokasi tempat bertugas campur aduk, antara senang, bahagia, sedih dan perasaan takut. Senang dan bahagia karena sepanjang perjalanan melihat laut yang masih cantik dan bersih, melihat bukit gunung yang masih sejuk, aroma dan bau angin yang masih segar tanpa banyak polusi. Saya juga sedikit kecewa karena kondisi tempatnya yang sudah kelihatan maju, dengan jalan beraspal yang mulus tanpa hambatan. Berbeda jauh dengan penempatan saya waktu SM3T di kabupaten Ende yang jalannya masih berbatu lepas dan tanah belum ada aspal. Sedikit takut karena saya belum mengetahui kondisi mendetail dari tempat saya bertugas, seperti budaya, adat istiadat dan penduduknya. Sedih karena saya harus benar-benar jauh dari keluarga atau orang yang ku kenal selama ini, dan harus mulai beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal yang baru. 


Saya tiba di Tapaktuan, Aceh Selatan bersama dengan rombongan sekitar 43 orang GGD yang bertempat tugas di Aceh Selatan. Sebelum terjun ke tempat tugas masing-masing, kami disambut oleh pejabat pemerintah kabupaten Aceh Selatan, di rumah AGAM, seperti pedopo kabupaten. Disana kami disambut langsung oleh Bupati Aceh Selatan, H. T. Sama Indra, S.H. Dari acara inilah, saya bertemu langsung dengan kepala sekolah saya untuk pertama kali. Pada saat itu kepala sekolah sangat senang dengan kehadiran saya. Beliau sedikit kecewa karena hanya dapat jatah 1 GGD, padahal beliau minta 3 GGD sesuai dengan kekurangan guru di SMA N 1 Labuhanhaji Timur. Sehari setelah acara pelepasan oleh Bupati Aceh Selatan, saya langsung mendatangi sekolah tempat saya bertugas. Pada saat itu saya sendiri ke sekolah dengan naik kendaraan umum menuju SMA N 1 Labuhanhaji Timur yang terletak di Peulumat, Kecamatan Labuhanhaji Timur. Sepanjang perjalanan saya selalu di hubungi kepala sekolah saya, untuk memastikan keberadaan saya karena beliau khawatir saya menuju sekolah sendiri dan belum mengetahui kondisi sekolah tempat saya bertugas. Setiba di sekolah saya sudah ditunggu oleh guru dan pegawai TU. Pada saat saya datang, saat itu sedang pelaksanaan ujian semester akhir sekolah. Alhamdulillah orang Aceh Selatan sangat baik, kepala sekolah juga sudah memikirkan tempat tinggal sementara sebelum saya punya tempat tinggal sendiri. Saya waktu itu, tinggal bersama dengan pegawai TU yang rumahnya tidak jauh dari sekolah tempat saya bertugas.


Secara lengkap kondisi sekolah dan daerah tempat saya bertugas sudah baik, jalannya sudah beraspal dan dalam kondisi yang sangat baik. Sebagian besar penduduk di kecamatan Labuhanhaji Timur bekerja sebagai petani, nelayan dan merantau ke Jakarta. Kondisi sosial ekonomi masyarakatnya kurang baik, banyak penduduk yang mungkin bisa dikatakan miskin. Mungkin karena banyak acara adat, sehingga uang mereka habis untuk acara tersebut. Kabar bagusnya penerangan listrik sudah memadai dan masyarakat sudah banyak yang mempunyai MCK sendiri di rumah, meskipun kadang mereka juga melakukan aktivitas MCK di sungai dengan rumah tinggal mereka. Iya, benar-benar berbeda jauh dengan kondisi saya bertugas di SM3T. Meskipun kelihat sudah maju dari luar tapi menurut saya pola pikir masyarakat disini jauh dari kelihatannya. Kepedulian masyarakat sekitar sekolah terhadap pendidikan pun dirasa sangat kurang. Mungkin hanya anak seorang pegawai atau guru saja yang pola pikirnya sedikit berkembang. Banyak masyarakat yang kurang peduli dengan pendidikan anak di sekolah, mereka berfikir kalau pendidikan itu sepenuhnya tugas guru, kadang mereka kurang memperdulikan apa dan bagaimana anaknya di sekolah, yang terpenting bagi mereka, mereka sudah menyekolahkan anaknya. Padahal seharusnya mereka juga ikut membantu atau mendukung program di sekolah.


Nama sekolah tempat saya bertugas adalah SMA N 1 Labuhanhaji Timur, berdiri tahun 2000 terletak di desa Tengah Peulumat, kemudian pada tahun 2004 pindah di Jalan Segunca Nam, Peulumat, Kecamatan Labuhanhaji Timur. Tanah tempat berdiri sekolah ini, merupakan tanah hibah dengan nomor:421349/2004 tanggal 4 Febuari 2004, ukuran tanah 22500 m2 dan bangunan sekolah ukurannya 128 × 162 m. Kondisi bangunan sekolah sudah permanen dan dalam kondisi baik, jumlah ruang kelas ada 11 ruang, jumlah rombongan belajar ada 10 ruang. Sebelah utara berbatasan dengan sawah masyarakat di Tengah Peulumat, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Meukek, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Keumumu. Kondisi sanitasi sekolah kamar mandi siswa cukup memprihatinkan, rusak berat, karena itu siswa banyak yang minta ijin ke luar kalau ingin buang air besar. Kondisi jalan ke sekolah sudah bagus dan jalan sudah beraspal.


SMA N 1 Labuhanhaji Timur, dipimpin oleh Bapak Bukhari, S.Pd., beliau menjadi kepala sekolah sejak tahun 2013, sebelumnya beliau menjadi guru matematika di SMA N 1 Meukek, kecamatan Meukek, kabupaten Aceh Selatan. Usia kepala sekolah saya sekarang 51 tahun, dengan status kepegawaian sebagai PNS, golongan kepangkatannya IV/b, kualifikasi pendidikan terakhirnya S-1. Kepala sekolah saya menjadi guru sejak tahun 1988 dan bertugas di SMA N 1 Meukek. Jumlah guru dan pegawai TU ada 39 orang, sebanyak 17 guru berstatus PNS dan 14 guru berstatus honor sisanya sebagai pegawi TU PNS dan pegawai tidak tetap. Semua guru-guru dan pegawai di SMA N 1 Labuhanhaji Timur beragama islam.


Jumlah siswa keseluruhan ada 262 orang. Kelas X ada 4 rombel dengan jumlah siswa 100 orang, 51 laki-laki dan 49 perempuan. Kelas XI ada 3 rombel dengan jumlah 90 orang, 47 laki-laki dan 43 perempuan. Kelas XII ada 3 rombel dengan jumlah siswa 72 orang, 36 laki-laki dan 36 perempuan. Siswa-siswa sekolah sudah memakai sepatu dan seragam, Cuma terkadang seragam dan sepatu yang dipakai kurang memadai. SMA N 1 Labuhanhaji Timur sampai sekarang belum pernah mendapat penghargaan. Prestasi akademik siswa kurang, kemampuan akademik siswa tampak memprihatinkan hanya 30% siswa yang dapat menangkap pelajaran dengan mudah. Bahkan masih banyak siswa yang konsep hitung mereka kurang, 2-3 orang masih terbata-bata dalam membaca. Sebenarnya ketika mereka berusa lebih keras lagi, mereka dapat mencapai hasil yang memuaskan tetapi karena motivasi belajar siswa cenderung rendah maka hasilnya pun kurang memuaskan.


Setiap pagi sebelum pelajaran dimulai di SMA N 1 Labuhanhaji Timur tidak membiasakan diri bersalaman. Hanya setiap hari ada guru piket yang duduk di pos piket. Paling beberapa siswa menyapa kami ketika masuk dari gerbang pintu depan sekolah. Kebiasan yang dilakukan di sekolah adalah pengecekan kebersihan kelas setiap pagi oleh guru jam pertama. Setiap pagi hari sebelum mulai pelajaran siswa dibiasakan untuk berdoa di kelas. Begitu juga ketika pelajaran selesai sebelum pulang sekolah. Selama mengikuti program GGD ini, saya tidak pernah mengalami persoalan dalam menjalankan kegiatan ibadah sehari-hari. Selain tempat ibadah yang memadai disini juga karena semua masyarakat disekitar beragama islam. Di sekolah juga terdapat tempat ibadah berupa mushola. Tetapi tempat ini jarang digunakan, disamping belum ada yang tempat wudlu dan kadang-kadang ada kambing masuk ke dalam sekolah. Setiap ada hari besar keagamaan sekolah mengadakan acara, seperti maulid nabi. Setiap hari jum’at, 30 menit pertama sebelum masuk pelajaran dilakukan bersih-bersih dilingkungan sekitar sekolah. Di dalam sekolah tempat saya bertugas terdapat sejumlah tulisan di poster, di dinding, atau di papan seperti menjaga kebersihan dan bahaya narkoba. 


Kegiatan pembelajaran di sekolah tempat saya bertugas saat ini menggunakan kurikulum KTSP. Buku-buku paduan pengajaran yang digunakan oleh para guru dalam mengajar pun sudah sesuai dengan buku panduan Kurikulum KTSP. Beberapa orang guru juga sudah menggunakan media pembelajaran interaktif menggunakan CD pembelajaran dalam bentuk powerpoint atau video pembelajaran lain. Terkadang ketika mulai jenuh dengan pembelajaran di kelas, siswa diajak belajar diluar kelas dengan media alam sekitar. Selain pendekatan ceramah, guru juga sudah menerapkan pembelajaran secara berkelompok dan lebih memberi kesempatan bertanya kepada siswa, hanya saja kadang siswa kurang aktif dan malu bertanya. Sehingga guru harus sering memotivasi siswa bertanya mengenai kesulitan yang mereka hadapi.


Pendidikan karakter dan penanaman budi pekerti juga tidak pernah lupa diterapkan di sekolah. Hampir setiap guru ketika pembelajaran di kelas selalu menyisipkan untuk menanamkan nilai budi pekerti. Guru-guru juga tidak segan menegur dan menasehati siswa yang jika mereka berbuat kesalahan. Setiap upacara pembina upacara juga tak pernah lupa untuk intropeksi dan memperbaiki tingkah laku siswa. Selain itu, di ekstrakulikuler seperti pramuka, pembina pramuka juga tidak pernah lupa untuk menyelipkan pendidikan karakter.


SMA N 1 labuhanhaji Timur mempunyai perpustakaan sekolah dengan luas sekitar 120 m2 atau ukurannya sekitar 15 m × 8 m. Buku-buku yang ada di perpustakaan termasuk lengkap, dari buku-buku pelajaran dengan berbagai kurikulum, buku cerita dan novel, buku persiapan UN dan SMNPTN, buku-buku tentang komputer seperti panduan mempelajari word, excel, powerpoint, flash, corel dan photoshop, selain itu juga ada buku-buku agama, buku motivasi, dan lain-lain. Perpustakaan ini dikelola oleh seorang guru dan 3 pegawai di sekolah. Guru ini sebagai kepala perpustakaan dan 3 pegawai lainnya sebagai petugas harian yang menjaga perpustakaan, merapikan buku serta mencatat keluar-masuk buku dari perpustakaan. Ketika ada buku baru masuk di perpustakaan, banyak siswa yang antusias membaca dan meminjam buku perpustakaan tapi setelah beberapa bulan tidak terlalu banyak pengunjung di perpustakaan sekolah tapi minimal tiap hari ada 10-20 anak pergi ke perpustakaan sekolah.


Setiap hari siswa di SMA N 1 Labuhanhaji Timur membawa tas sekolah yang hanya berisikan buku-buku tulis dan alat-alat tulis. Mereka hampir tidak pernah membawa buku dari sekolah atau pemerintah kecuali ada tugas dari beberapa guru dan mereka meminjamnya di perpustakaan. Buku teks bacaan dari pemerintah tidak langsung diminta siswa dibawa pulang, hal ini dikarenakan dari pengalaman sebelumnya ketika membagikan buku teks dari pemerintah, beberapa siswa kurang bertanggung dalam memelihara buku tersebut, banyak buku yang rusak, hilang atau kadang lupa membawa ketika diperlukan. Sehingga untuk mengantipasi hal tersebut, biasanya ketika guru memerlukan buku teks bacaan dari pemerintah, siswa meminjamnya di perpustakaan sekolah, jika memang dirasa perlu untuk tugas di rumah maka buku boleh dipinjam untuk dibawa pulang. 


Saya melihat alat peraga sekolah di tempat saya bertugas kurang memadai. Meskipun ada beberapa alat peraga olahraga seperti bola voli, bola basket, bola tennis, raket dan kok, dll ada, tapi beberapa kondisinya sudah rusak karena sering terpakai. Alat peraga lainnya untuk pembelajaran IPA juga saya lihat kurang memadai, jumlahnya kurang dibandingkan dengan jumlah siswa yang ada. Dan masih banyak alat peraga lain yang diperlukan. Alat peraga pembelajaran IPA yang ada di SMA N 1 Labuhanhaji Timur seperti penggaris, jangka sorong, neraca, serta ada beberapa lup dan bahan-bahan kimia untuk praktikum. Alat peraga pembelajaran IPS seperti globe dan beberapa peta.


Sekolah tempat saya bertugas sudah mempunyai lab. komputer sendiri, jumlah komputer yang ada di Lab. komputer ada 18 buah, tetapi hanya 10 buah yang dalam kondisi baik, sisanya sudah rusak. Sedangkan lainnya ada 1 di ruang kepala sekolah dan 1 di ruang TU. Ada operator khusus yang mengoperasikan komputer yaitu guru komputer yang bertanggung jawab di Lab. komputer. Sedangkan yang di ruang kepala sekolah dan TU di pergunakan oleh guru dan pegawai TU. SMA N 1 Labuhanhaji Timur juga memiliki 3 buah laptop yang di bawa oleh operator sekolah dan operator dapodik. Saya melihat hampir semua guru sudah memiliki laptop sendiri yang digunakan untuk kepentingan administrasi sekolah dan dalam proses pembelajaran di sekolah.


Guru-guru di SMA N 1 Labuhanhaji Timur sudah pernah mengikuti pelatihan. Hampir semua guru sudah pernah mewakili sekolah untuk ikut pelatihan. Setiap tahun 1-2 kali diadakan pelatihan baik dari pemerintah kabupaten Aceh Selatan, atau dari provinsi Aceh. Pelatihan yang diikuti oleh guru meliputi bidang kurikulum, mengelolaan Laboratorium, persiapan UN, pelatihan komputer dan internet. Menurut penilaian saya kepemimpinan kepala sekolah sudah cukup bertanggung jawab. Setiap hari beliau memantau kelancaran proses belajar di sekolah. Mengingatkan guru tentang administrasi sekolah. Bersama guru-guru yang lain membahas cara untuk memajukan sekolah. Tetapi kadang kepala sekolah kurAng tegas dalam menindak kesalahan yang dilakukan guru, terkait dengan kedisiplinan guru. Kemampuan guru-guru dalam kegiatan pembelajaran juga beragam. Beberapa guru sudah menunjukkan berbagai cara untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya di sekolah tersebut. Tetapi ada juga guru yang kurang disiplin dan sistem mengajarnya masih ceramah.


Hampir setiap ada kegiatan penting, sekolah selalu melibatkan orang tua dan komite sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Beberapa kali orang tua dikumpulkan seperti untuk membahas persiapan ujian anak kelas III, membicarakan anak mereka di sekolah. Bahkan ketika acara Maulid Nabi orang tua juga diundang untuk menghadiri acara tersebut. Sekolah juga memanggil orang tua yang anaknya melakukan kesalahan di sekolah. Keterlibatan ini juga tidak hanya orang tua, komite sekolah juga beberapa kali di undang diberbagai acara di sekolah. Bahkan ketika ada siswa yang melakukan pelanggaran berat di sekolah, komite sekolah juga ikut dilibatkan dalam memberikan pertimbangan apa yang sekolah harus lakukan terkait dengan siswa yang bermasalah tersebut.


Sejak awal, GGD Aceh Selatan disambut dengan ramah baik dari bupati, kepala BKD, kepala sekolah dan guru. Bahkan bupati menghendaki untuk menerima GGD tahap berikutnya. Pihak sekolah juga menyambut dengan hangat kehadiran GGD. Meskipun begitu ada beberapa pegawai dinas yang cenderung menolak. Beberapa terkesan lebih mematahkan dan kurang memberikan solusi ketika kami menyodorkan program.


Saya tinggal di rumah kontrakan yang terletak di pinggir jalan raya depan SMA N 1 Labuhanhaji Timur. Saya tinggal bersama GGD lain bernama Surlina, S.Pd, Gr. yang bertugas di SMA N 1 Labuhanhaji. Jarak rumah kontrakan dengan sekolah tempat saya bertugas sekitar 13 km. Setiap hari saya pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Saya tinggal di gampong Ujung Batu, Kecamatan Labuhanhaji, kabupaten Aceh Selatan. Ukuran rumah tempat saya tinggal sekitar 4 m × 12 m, sedangkan ukuran kamarnya 2,5 m × 3 m. Rumah kontrakan saya terdiri dari 2 ruang kamar, 1 ruang kamar mandi, dan 1 ruang bersama. Rumah kontrakan saya sudah permanen dengan tembok beton, lantai rumahnya masih berupa plester semen. Saya di rumah kontrakan belum ada televisi. Banyak hal yang kami lakukan bersama. 


Selama ini, sinyal HP di lokasi tempat saya tinggal dan sekolah tempat saya bertugas selama ini baik-baik saja. Sinyal yang lancar di tempat saya hanya sinyal telkomsel, untuk sinyal indosat kadang-kang baik, sedangkan sinyal lainnya tidak dapat menangkap sinyal. Sekolah tempat saya bertugas belum mempunyai telpon, dan belum terdapat koneksi internet (wifi). Komunikasi yang kita gunakan sehari-hari hanya menggunakan HP, sedangkan untuk koneksi internek setiap harinya menggunakan paket data HP untuk keperluan sehari-hari seperti mencari informasi atau untuk mengirim email ketika diminta data dari pemerintah Kabupaten Aceh Selatan. Komunikasi saya dengan teman-teman GGD lain, keluarga, para guru lain di sekolah, kepala sekolah, pejabat daerah, dan pejabat kemdikbud pusat cukup berjalan lancar, cuma terkadang ketika cuaca buruk hujan deras sinyal hilang-muncul. 


Saya mengalami beberapa kesulitan dalam menjalankan tugas di sekolah antara lain kurangnya motivasi dan minat siswa dalam belajar, rendahnya kemampuan dasar berhitung siswa, kurangnya konsentrasi siswa saat belajar, dan kurangnya sikap disiplin dari siswa. Hal tersebut juga menjadi masalah bersama bagi guru-guru yang lain. Terkadang kami sudah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, dari belajar dengan media interaktif, belajar kelompok sampai pembelajaran di luar kelas tetapi masih belum berhasil secara signifikan. Kadang-kadang disela pembelajaran ketika siswa mulai jenuh saya sering bercerita tentang pengalaman hidup saya, cerita motivasi lainnya, serta tentang dunia di luar tempat tinggal mereka. Salah satu faktor yang menyebabkan motivasi dan minat belajar siswa adalah kurangnya kompetisi dalam kelas tersebut. Banyak siswa yang lebih cepat mudah putus asa ketika tidak dapat menyelesaikan soal yang diberikan. Tetapi ketika sudah merasa bisa, mereka lebih cepat bangga. Mereka juga belum pernah mencoba bersaing dengan siswa-siswa di sekolah lain sehingga belum mengetahui sejauh ilmu yang mereka terima. Rendahnya kemampuan dasar siswa dalam berhitung juga menjadi kendala terbesar dalam saya mengajar. Ditambah lagi dengan lambatnya daya tangkap dan keinginan dalam menerima pelajaran. Pada bulan-bulan awal siswa masih berusaha saya bimbing untuk belajar berhitung, dari cara sederhana menggunakan lidi, dengan maju mundur untuk penjumlahan dan penguran sampai saya andaikan dengan bayar dan hutang, terkadang mereka masih saja kesulitan. Diperlukan kesabaran ekstra untuk menjelaskan perlahan sampai siswa benar-benar paham dan terus mengulang pelajaran yang telah disampaikan.


Beberapa hambatan lainnya adalah waktu belajar siswa yang hanya mereka lakukan di sekolah mereka jarang mempelajari kembali alasan mereka karena setelah pulang sekolah mereka harus belajar mengaji yang terkadang aktivitasnya sampai malam hari, sehingga tidk ada waktu untuk mengulang kembali atau mempelajari materi yang telah diajarkan siswa. Selanjutnya, budaya di sekitar seperti pernikahan maupun melayat (budaya mengunjungi dan berdoa ke keluarga yang baru di tinggal sanak famili) lebih di utamakan di banding jam belajar siswa. Akibatnya jam belajar siswa terpotong bilamana ada kegiatan ini. Solusi dalam permasalahan ini, perlu kesadaran dari berbagai pihak untuk menghilangkan budaya yang salah itu atau setidaknya yang pergi ke acara kenduri hanya beberapa perwakilan saja, atau pergi ke acara kenduri setelah jam sekolah selesai. Selain kesulitan di atas, ada beberapa permasalah di sekolah seperti ada guru yang tidak begitu paham dengan tugasnya di sekolah tetapi mau ikut campur urusan guru lainnya. Ketika menghadapi masalah di sekolah, saya sering berkonsultasi dengan guru-guru senior terkadang mereka memberikan solusi, kadang kita hanya bisa sharing karena masih menjadi masalah bersama dengan guru-guru yang lain.


GGD Aceh Selatan melakukan pertemuan sekitar sebulan sekali. Perbincangan yang kami utarakan mengenai permasalahan di sekolah dan program kerja yang akan kita lakukan. Dua kali bertemu di Dinas Pendidikan di Tapaktuan, 2 kali di SMA N 1 Kluet Utara, di Kota Fajar. Sekali di SMK N 1 Tapaktuan membahas tentang persiapan membinaan di Jakarta. Sekali digunakan untuk ikut mendampingi tim monev. Selain pertemuan resmi tersebut, 1 bulan sekali terkadang beberapa diantara kami berkumpul untuk mengunjungi objek wisata yang ada di Aceh Selatan untuk melepas jenuh dengan aktivitas sehari-hari. Kalau dengan GGD yang jarak tempat bertugas paling tidak 1 minggu sekali kita bertemu. Apa yang dibicaran berbagai hal dari cerita yang tidak bermutu sampai dengan memotivasi teman-teman yang lain. 


Seperti biasanya setelah selesai jam pelajaran sekolah, aktivas yang sering dilakukan adalah memasak, kemudian istirahat sore sebentar. Hampir setiap habis Ashar, saya dan teman kontrakan belanja, atau jogging sore ke pelabuhan dekat dengan rumah tempat kami mengontrak. Sesekali kami pergi berkunjung ke pantai atau rumah teman kenalan kita. Beberapa kali, saya berkunjung ke rumah kepala sekolah di kecamatan Meukek dekat dengan toko Januari (toko peralatan tulis). Waktu itu, saya berkunjung dengan tujuan silaturrahmi dan beberapa kali meminta tanda tangan untuk surat yang harus dibuat mendesak. Beliau orangnya ramah, peduli dengan guru dan pegawainya serta orangnya terbuka. Selain itu saya sering berkunjung ke rumah Ibu Aja Hermayanti Satar, beliau adalah wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Rumah beliau berada di Jalan perdamaian, lorong halaman No 1 , desa Pawoh kecamatan Labuhanhaji. Beliau orang yang sabar dan cukup perhatian dengan semua yang di sekolah. Banyak hal yang sering saya ceritakan kepada beliau. Beliau juga sering memberi solusi kepada guru-guru ketika menghadapi masalah di sekolah. Beberapa kali kita juga pergi ke sungai bersama dan ke pantai. Waktu itu ketika ada acara “Tolak Bala”. Adalagi pak Sukri, beliau adalah guru olahraga di SMA N 1 Labuhanhaji Timur sekligus menjabat sebagai ketua osis. Ketika ada kegiatan terkait dengan siswa, kepada beliaulah kami berkonsultasi. Orangnya lucu, kocak, dan suka bercanda. Tetapi ketika obrolannya mulai serius beliau juga bisa menempatkan diri, Rumah beliau di Desa Pisang, Labuhanhaji. Beberapa kali saya berkunjung ke rumah beliau. Saya dan anak SM3T angkatan V juga sering berkumpul dengan beliau hanya sekedar untuk bercanda, pergi makan bersama atau mencari durian ketika musim durian. 


Ketika hari-hari libur sekolah, terutamaa hari minggu dan tanggal merah, saya sering pergi jalan-jalan. Beberapa objek wisata yang sudah saya kunjungi di Aceh Selatan bersama GGD yang lain. Objek wisata Tapak Tuan, di ibukota kabupaten yang berupa bekas telapak kaki manusia yang besar di tepi laut. Pantai lhok bengkuang di Meukek. Air dingin di Sawang. Pantai ujung Manggeng di Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya. Pulau ujung Serudung di perbatasan antara kecamatan Meukek dan Kecamatan Sawang. Masjid Raya di Melaubuh. Pusat kota di Naganraya. Sampai objek wisata yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar. Saya berkunjung ke Banda Aceh dan Aceh Besar waktu libur semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Disana saya mengunjungi museum tsunami, pantai, mercusuar Willem Torrent peninggalan kolonial Belanda di ujung pulo Brueuh. Tempat memancing, snorkeling, dan menyelam yang sangat menarik juga ada di pulo ini dan keramba ikan.


Selama bertugas menjadi GGD, Alhamdulillah saya belum pernah sakit parah. Hanya paling masuk angin dan flu karena kecapean dan perubahan cuaca. Biasanya saya membeli obat di apotik, dan istirahat yang cukup. Setiap hari saya memasak dengan teman kontrakan saya. Mungkin sesekali kami pergi ke warung kalau tidak sempat memasak. Sebenarnya banyak menu masakan Aceh yang enak di Aceh Selatan. Apalagi masakan kak Ita, pegawai TU di sekolah kami gulai ikan dan sambal yang dibuatnya merupakan menu favorit saya. Kalau yang saya masak dengan teman kontrakan adalah menu-menu yang sederhana. Sesekali setiap hari minggu baru kita mencoba menu-menu baru.


Saya merasa bersyukur dapat bertugas menjadi GGD di Aceh Selatan. Banyak yang yang bisa saya pelajari disini, budaya dan adat istiadatnya, masyarakatnya, alamnya dan memperdalam agama. Banyak hal sudah saya alami disini dari hal yang membuat bangga sampai hal yang menyedihkan sudah pernah dialami. Memang kami orang Aceh mungkin berbeda tetapi selalu berusaha untuk lebih baik dan lebih baik lagi. Saya yakin suatu saat nanti, tidak hanya nampak dari luar saja Aceh berkembang, tetapi kami juga punya generasi yang intelektual dan dapat membangun msyarakat yang lebih baik. Dengan berbagai macam kondisi yang ada di sekolah, menguatkanku untuk selalu belajar menjadi guru yang lebih baik lagi. Mungkin saja lebih santai mengajar di sekolah favorit seperti dulu saya mengajar sebelum sekarang ini karena motivasi belajar mereka sudah ada. Tetapi disinilah saya lebih banyak mendapat pengalaman belajar yang beragam.

1 Komentar untuk "Celoteh Guru Garis Depan"

  1. Tulisan mbk rika dalam blog ini sungguh luar biasa.Saya sebagai pembaca mendapatkan banyak sekali motivasi. Jika mbk rika berkenan saya ingin menanyakan petualangan mbk rika selama menjadi guru garis depan. Bukan petualangan seperti yang mbk ceritakan di blog ini. Yang saya maksud adalah tentang bagaimana perasaan mbk rika, orang tua, dan anak didik mbk atas program ini. Jika berkenan saya ingin mengobrol lebih melalui email. Terima kasih atas pengalaman mbk rika yang begitu menginspirasi saya.

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel